Ada sebuah anekdot yang cukup menggelikan
tentang Ilmuan Tekhnologi dan Ahli Sejarah, berangkat dari sebuah pertanyaan,
apa perbedaan antara keduanya? Perbedaannya ada pada botak kepala. Ilmuan
Tekhnologi botak pada bagian depan, karena memikirkan masa depan, dan Ahli
Sejarah botak pada bagian belakang karena memikirkan masa lalu. Kebetulan pada
kesempatan kali ini saya ingin mencoba membuka serpihan sejarah dan
menyuguhkannya dalam bentuk tulisan ringkas agar kita semua dapat mengambil
pelajaran serta hikmah dari sejarah yang mungkin tercecer dan tak banyak
mendapat perhatian. Tentu saya juga akan sangat hati-hati agar jangan sampai
tulisan ini membuat saya dan pembaca botak kepala bagian belakang.
Sebelum jauh masuk ke pembahasan, saya terbiasa
dan suka untuk lebih dahulu mengutip penjelasan KBBI. Kita awali dengan kata
“Neng”. Neng merupakan kata
sapaan kepada anak perempuan (yang orang tuanya patut dihormati).[1] Kemudian kata “Siti” berarti sebutan untuk
perempuan yang mulia, seperti Siti Hawa, Siti Mariam, Siti Khadijah, atau
sebutan untuk perempuan yang terpandang (tinggi kedudukannya dan sebagainya).[2]
Neng juga kata yang sangat populer bagi Orang
Sunda, ia seperti panggilan sayang juga terhormat untuk anak perempuan. Berbeda
dengan Orang Jawa, kata Neng lebih sering disematkan kepada Putri Kiai, begitu
kabar dari teman saya seorang santri Jawa Timur. Adapun kata Siti, menurut
pendapat salah satu Ulama Nusantara, bahwa itu merupakan serapan dari bahasa
arab Sayyidatiy yang berarti Tuanku/Jungjunganku(Perempuan).
Penjelasan kata Neng dan Siti ini merupakan pengantar sekaligus penjelasan,
kenapa judul tulisan ini mengambil diksi Neng dan Siti yang disandingkan dengan
Fatimah putri Kanjeng Nabi Muhammad Saw.
Sebelum saya
memulai tulisan sederhana dan terbatas ini, saya mencoba mengumpulkan beberapa
buku dan kitab yang membahas tentang Fatimah binti Muhammad. Saya sempat kaget
saat membuka Kitab Sahih Bukhari pada bagian hadist tentang keutamaan Fatimah
putri Rasul. Gelar yang disematkan setelah nama Fatimah adalah Alaiha Salam.
Namun setelah dilanjutkan membaca beberapa hadits yang tertulis disana, memang
wajar gelar Alaiha Salam dibubuhkan setelah namanya, mengingat betapa mulia dan
agung kedudukan beliau. Bahkan dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda “Sesiapa
yang membuat Fatimah marah ia telah membuatku marah, dan yang membuatnya
bahagia telah membuatku bahagia”. Saya sangat yakin cinta Nabi pada Fatimah
tidak hanya sekedar cinta ayah pada seorang anak, namun jauh lebih dari pada
itu.
Neng Siti Fatimah
juga jadi sebuah simbol perlawanan Nabi terhadap kebiasaan jahiliah membunuh
bayi perempuan. Neng Siti Fatimah diperlakukan Kanjeng Nabi dengan sangat
istimewa sebagai anak perempuan. Neng Fatimah ditimang-timang manja oleh Nabi
saat bayi perempuan lain dikubur hidup-hidup oleh bapaknya. Dari rahimnya lahir
sebuah perdaban Islam. Fatimah melahirkan putra-putri hebat yang menjadi
penjaga risalah ayahnya. Sayyidina Husain putra laki-laki Neng Siti Fatimah
jadi Martir menentang rezim zalim yang merusak ajaran Islam. Kepala Sayyidina
Husain dipenggal saat meregang nyawa. Namun dengan begitu, tak membuat
keturunanya surut atau padam malah sebaliknya anak cucunya Neng Siti Fatimah
membumi dan tersebar luas hingga hari ini ke seantero bumi.
Dikisahkan
dalam sejarah suatu hari Nabi Muhammad menunaikan salat di depan Ka’bah. Saat
Nabi sedang khusyu sujud, tiba-tiba datang beberapa orang dari kaum jahiliyah,
kemudian dengan sembrono menaburkan kotoran unta di punggung Nabi. Nabi tak
bergeming atas apa yang diperbuat kaumnya. Kejadian itu disaksikan Neng Fatimah
putri Nabi, segera ia bergegas menghampiri Nabi dan membersihkan kotoran yang
ada di punggung ayahnya sambil beruraian air mata. Putri kecil itu tak mengerti
mengapa ayahnya harus diperlakukan demikian. Apa salah ayahnya sehingga dia
harus melihat kejadian pilu dan tak menyenangkan menimpa ayahnya.
Setidaknya dari apa yang dikisahkan sejarah
diatas, kita memahami Neng Fatimah telah ikut andil dalam memulai perjuangan
dakwah sekaligus merasakan pahitnya penolakan Risalah Nubuwah. Neng
Fatimah bahkan telah menanggung beban berat saat Ibunda Khadijah berpulang ke
Rahmatullah. Ia menggantikan ibunya merawat dan melayani kehidupan Ayahanda
yang seorang Nabi itu. Atas dasar itu Neng Fatimah punya gelar Umu Abiha Ibu
dari ayahnya. Karena Neng Fatimah yang masih sangat belia telah mengambil peran
menggantikan posisi seorang Ibu dalam mengurus keluarga, sehingga kondisi dan
situasi telah benar-benar mendewasakan jiwa Neng Fatimah.
Neng Fatimah meninggal dunia di usia yang sangat muda.
Ada yang menyebutkannya pada usia delapan belas tahun, riwayat lain
menyebutkannya dua puluh delapan tahun, bergantung pada riwayat mengenai tahun
kelahiran yang diambil. Lima tahun sebelum atau sesudah tahun kenabian. Dengan
usia yang semuda itu, ia telah gapai derajat kemanusiaan yang tinggi. Sepanjang
hidupnya ia habiskan untuk melayani umat, hartanya tak tersisa karena berderma.
Bahkan suatu saat dikisahkan dua putranya Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain
pernah bertanya kepada Siti Fatimah, wahai ibu, mengapa kami tidak pernah
mendengar engkau mendo’akan kami dalam munajat-munajatmu? Siti Fatimah
menjawab, Al-Jar
Tsuma Ad-Dar (Tetangga terlebih
dahulu kemudian rumah sendiri).
Doa siti Fatimah tidak hanya dilafadzkan dalam
sujud dan rukuk, namun terejawantah dalam sikap dan tindakan. Siti Fatimah dan
keluarga suatu hari saat berpuasa dan hampir tiba waktu berbuka kedatangan
tamu, tamunya dalam keadaan kelaparan dan kemudian meminta sesuatu untuk
mengganjal perutnya. Sayyidina Ali suami Siti Fatimah memberikan sajian untuk
berbuka keluarga kepada tamunya, dan keluarganya rela berbuka hanya dengan air
putih saja. Kejadian itu terulang hingga tiga hari berturut-turut. Mungkin juga
pernah kita dengar suatu waktu Siti Fatimah mengadu pada Rasul atas tangannya
yang melepuh, beliau meminta seorang pembantu untuk meringankan pekerjaanya.
Namun rasul memberikan dua pilihan, beliau berikan seorang pembantu atau sebuah
amalan yang luar biasa pahalanya disisi Allah Swt? Siti Fatimah memilih diberikan
amalan itu. Atas beberapa cerita sejarah dan analisis. Kenapa tangan Siti
Fatimah bisa melepuh? Apa hanya karena untuk melayani keluarga tangannya
terluka akibat menggiling gandum. Ternyata tangan Siti Fatimah terluka karena
ia menggiling gandum bukan hanya untuk keluarganya, tapi untuk para fakir
miskin, anak yatim, dan orang tidak mampu
lainnya.
Mendengar
kisah inspiratif dan penuh haru dari kehidupan keluarga Nabi khususnya Neng
Siti Fatimah, ada tamparan keras yang menyadarkan kita semua. Betapa kita telah
menyelenggarakan hidup dengan penuh keterlenaan pada dunia fana, bahkan
cenderung rakus terhadap hal-hal materi sehingga dengan tanpa sadar menjadi
pemuja matrealistisme akut. Tertanam juga mental acuh terhadap sesama lagi
kikir. Kita senantiasa mendahulukan kepentingan dan kepuasan diri, bahkan
mungkin tak sedikit mengorbankan kepentingan banyak orang demi individu.
Ada
banyak kisah-kisah sarat hikmah dan pelajaran dari kehidupan Neng Sitti
Fatimah. Saya juga pernah menuliskan keresahan saya terhadap kawula muda
khususnya para pemudi di abad ini. Karena tak sedikit para perempuan atas dalih
kesetaraan gender, emansipasi, dan hak asasi manusia telah menyeret dirinya
pada kubangan yang sama busuknya dengan kondisi jahiliyah yang merendahkan harkat
dan martabat perempuan itu sendiri. Perempuan yang secara fisik punya
kecenderungan dan potensi untuk dijadikan komoditi telah secara halus
diformalkan untuk dieksploitasi secara zalim. Belum lagi kecanggihan tekhnologi
telah mendukung semua bentuk eksploitatif terhadap perempuan dengan sangat
halus melalui akun media sosial. Semua ini hal ini berkelindan dengan kondisi
para pemudanya. Sehinga menjadi kesatuan yang solid dalam program peusakan
mental dan jiwa manusia dari generasi ke generasi. Semua gejala kemanusiaan
yang buruk ini juga dipengaruhi oleh minimnya kajian terhadap sosok manusia
yang semestinya menjadi teladan.
Neng
Siti Fatimah tentunya menjadi figur sempurna untuk setiap perempuan juga
laki-laki. Pelajaran dan hikmah mendalam dari sosok Neng Siti Fatimah putri
Kanjeng Nabi tentu tidak akan didapat dari tulisan terbatas yang penuh
kekurangan ini. Saya berharap kita semua dapat terangsang untuk menggali,
mempelajari, dan terus mengkaji pribadi agung Fatimah Az-Zahra putri Nabi
tercinta. Karena beliau adalah putri yang dididik langsung oleh Muhammad
seoorang nabi dan rasul yang kehidupannya maksum suci dari dosa. Neng Fatimah
merupakan hasil sempurna dari didikan manusia sempurna sang Rasul Allah. Neng
Fatimah punya banyak sisi untuk dikaji dan dipelajari. kita sebagaimana manusia
punya banyak kesempatan untuk terus mengambil pelajaran dari Putri Kanjeng Nabi
yang mulia.
Terakhir
saya ingin merekomendasikan sebuah buku yang menarik karya Ali
Syariati. Dalam bukunya Fatimah adalah Fatimah ia menuliskan bahwa wanita
menghadapi problem identitas. Mereka ada ditengah pilihan dilematis.
Mengikuti modernisasi mengalir atau mempertahankan kebudayaan yang terlihat
kering. Menurut beliau sosok perempuan ideal yang mestinya mereka teladani, tak
mereka kenali. Hilangnya panutan perempuan agung dari benak mereka melahirkan
wanita setengah jadi. Yang berakhir dengan kebingungan dan jatuh pada
modernomaniak. Namun beliau menjawab dengan sebuah susastra, mengenalkan kita
pada Fatimah putri sang Nabi. Sosok yang pada dirinya terjelema ajaran
agama yang dibawa ayahnya, ajaran yang begitu banyak memberikan perhatian pada
perempuan, memuliakannya, dan memberikan arahan bagaimana menjadi mulia.
hidupnya habis untuk penghidmatan pada manusia dan menghamba pada sang Raja
alam semesta. Fatimah, Fatimah, Fatimah...sejuah mana kau mengenalnya,
bagaimana mungkin kau ingin mulia tanpa melihat perempuan percontohan dari
Tuhan untuk seluruh bani Hawa.
Setiap perempuan tahu dan sadar ia kelak akan menjadi ibu, dan
tentu berharap memiliki putra-putri sholeh-sholehah, maka sudah selayaknya
belajar dari perempuan semesta alam yang kedua putranya jadi penghulu syurga.[3]
Jakarta,
18 Februari 2020
Mursyid
Al Haq
Sumber Bacaan
Kitab Sahih Bukhari
Buku Cinta Abadi Nabi
Fatimah
adalah Fatimah
Pribadi
Agung Sayidah Fatimah
[1] https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/neng
[2] https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/siti
[3]
Ali Syariati Fatimah adalah Fatimah
0 Comments