BerTuhan Karena Hantu Korona

BerTuhan Karena Hantu Korona

Ayah sampai kapan kita semua harus mengisolasi diri di dalam rumah? Tanya seorang anak pada ayahnya seusai mengikuti kelas online. Mungkin anak itu bosan karena sudah dua minggu belajar konvesional tatap muka digantikan dengan kelas jarak jauh melalui gadget. Sontak ayahnya kaget dengan pertanyaan anaknya itu. Sang ayah berusaha menjawab pertanyaan anaknya dengan sederhana. Secepatnya ombak badai akan berlalu nak, wabah virus korona akan berhenti dan penyakit ini akan bisa disembuhkan, sehingga kita semua akan aman. Tapi ayah bukannya di berita-berita korbanya terus bertambah dan yang meninggal juga banyak sanggah anaknya, ada negara China, Itali, Iran, semua negara itu kesulitan, bahkan di Amerika juga situasi semakin memburuk. Iyah kamu betul nak, tapi nanti juga  akan ada solusi dan jalan keluar kok, kita  tinggal bersabar saja. Tapi Ayah,...Sampai kapan kita harus bersabar? Sedangkan ayah saja sudah seminggu tidak bekerja, dan tadi juga Ibu bilang beras sudah hampir habis, setiap hari kita juga makan seadanya? Mendengar pertanyaan anaknya sang Ayah menghela nafas lalu menariknya dalam-dalam, ia bingung mau memberikan jawaban apa lagi pada anaknya, sambil termenung ia memikirkan pertanyaan anaknya dengan  mendalam, kecamuk pikirannya semakin mendidih sedangkan secangkir kopi yang disuguhkan istrinya mulai dingin. Dalam bingung ia bertanya pada nuraninya, adakah satu kekuatan yang dapat menolongku, Oh Tuhan mungkinkah engkau itu, aku pasrahkan diri dan keluargaku padamu. Ikhtiarku kali ini menemukan buntu. Berbagai cara telah aku lakukan namun tak jua berbuah hasil. Aku selama ini memang beragama namun sepertinya aku tak pernah benar2 Bertuhan dengan benar.
Setelah beberapa lama sang Ayah memanggil anaknya, Kemudian dengan  keyakinan dan optimisme ia menjawab Tuhan akan menolong kita nak, Dia tidak akan membiarkan kita sendirian. Oh begitu ya Ayah, jadi kalau begitu kita harus rajin beribadah dan senantiasa berdoa pada Tuhan.
Apakah setelah seorang ayah merenung lalu memberikan jawaban kepada si anak keluarganya tiba-tiba mendapatkan uang, bahan makanan, dan obat-obatan kiriman Tuhan dari langit, atau mungkin tiba-tiba wabah Covid 19 musnah dan perekonomian masyarakat dan negara meningkat?
Tentu tidak, tetapi dari cerita diatas saat seseorang ada dalam situasi darurat yang sangat mencekam ia butuh pada kekuatan yang Maha Dahsyat yaitu Tuhan, dengan memiliki keyakinan pada Tuhan seseorang dapat terus optimis untuk tetap hidup dan tidak memilih meracuni keluarganya kemudian bunuh diri. Tetapi dengan bertuhan kita punya alasan untuk tetap bertahan hidup walaupun dalam bayang-bayang kematian. Setidaknya meski harus ditakdirkan mati kita akan selalu punya harapan dan gugur berpulang sebagai pejuang.


Mursyid Al Haq
Jakarta, 10 April 2020

Ditulis pada hari pertama pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar di Jakarta.

Ada satu puisi karya pak Kiai yang dapat jadi renungan saat musibah wabah merebah
Berikut puisinya

KAMI dan KAMU MANUSIA atau ...?
(Oleh Akbar Saleh)

خُلِقَ الإِنْسَانُ ضعيفاً
كانَ الْإِنْسانُ عَجُولا
كانَ الْإِنْسانُ قَتُوراً
كانَ الْإِنْسانُ أَكْثَرَ شَيْ‏ءٍ جَدَلًا
إِنَّهُ كانَ ظَلُوماً جَهُولًا
إِنَّ الْإِنْسانَ خُلِقَ هَلُوعاً 
إِذا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعاً 
إِذا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعاً
إِنَّ الْإِنْسانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
إِنَّ الْإِنْسانَ لَكَفُورٌ مُبِينٌ
KAMI terlalu angkuh
KAMI terlalu serakah
KAMI terlalu terpedaya dengan eloknya dunia
KAMI terlalu zalim dalam memperlakukan alam semesta
KAMI terlalu egois, hanya memikirkan kepentingan pribadi semata
KAMI merendahkan orang lemah dan hanya memuliakan orang yang punya kuasa dan harta
KAMI ciptakan makian, cacian, kebencian menjadi tradisi
KAMI meraup keuntungan dari perang dan pertumpahan darah
KAMI membunuh dan bertikai atas nama agama dan hak azasi

KAMI anggap dunia memang seharusnya seperti ini

Bumi KAMI babat hingga tandus yang keindahannya tinggal kenangan
Langit KAMI gelapkan dengan polusi dan asap beracun
Laut KAMI kotori dengan sampah dan limbah
Pesona alam KAMI rusak dengan pencemaran dan perang
Merdunya simfoni alam KAMI ganti dengan tangisan dan jeritan rakyat jelata
Agama yang Rahmatan Lil 'Alamin KAMI selewengkan demi kepentingan duniawi

BENCANA ALAM DAN MALAPETAKA KEMANUSIAN MENYATU

Ternyata, Alam punya batas
Langit dan bumi punya batas
Akhirnya, harus ada yang bisa mengingatkan manusia dari kelalaiannya ini yang sudah melewati batas

Mungkin si virus yang kecil nan tidak nampak inilah yang muncul menjadi pengingat untuk memberi peringatan dan pelajaran.

Seakan corona berkata :
Hai Manusia, KAMU makhluk lemah
Hai Manusia, KAMU makhluk sendirian
Hai Manusia, KAMU makhluk penakut
Hai Manusia, KAMU makhluk tidak berpengetahuan
Hai Manusia, KAMU makhluk bergantung kepada Penciptamu

Lihatlah! Kuasa, harta, kekuatan, ilmu KAMU tak berdaya menghadapinya
Semua pesawat KAMU stop
Semua pusat perdagangan dan aktivitas ekonomi KAMU liburkan
Semua stadion, tempat hiburan, tempat liburan, restoran, mall KAMU tutup
Berbagai perkumpulan KAMU tiadakan
Semua wilayah KAMU lockdown

Kemudian Covid-19 seakan menyapa alam :

Hai Bumi, bernafaslah
Hai Langit, membirulah
Hai Matahari, bersinarlah dengan suryamu yang sejuk
Hai Rembulan dan Bintang, berputar dan menarilah dengan indah
Hai sungai dan laut, pancarkan airmu yang bersih nan jernih
Hai hewan, hiduplah bebas tanpa rasa takut dari pemburu yang serakah
Hai pohon, tampakkan pesona keindahanmu tanpa pencemaran dan penebang liar

Hai MANUSIA! Tinggallah sementara di rumahmu, pikirkan apa yang kamu belum syukuri, kembalilah ke fitrahmu, rajutlah hidupmu dengan CINTA dan HARMONI bersama alam dan Pencipta.

Segeralah ambil iktibar
Sehingga bencana segera bubar
Karena itulah hikmah bencana menyambar
Berita gembira bagi yang bersabar

#KiaiAkbarSaleh
#hikmah
#ambiliktibar
#doatolakbala
#kalahkancorona
#cinta

Post a Comment

0 Comments