Hijrah Digital Lahir Batin



Pandemi corona telah mengubah tatanan bumi dengan sangat cepat dan radikal, jauh lebih singkat dari sim salambimnya tukang sulap. Dahulu dalam kisah legenda Tangkuban Perahu, Sangkuriang tidak sukses memenuhi permintaan Dayang Sumbi untuk membuat bendungan dan kapal besar dalam semalam, sekaligus menjadi tanda kegagalan cinta terlarangnya, tapi kali ini Negara China mampu membangun Rumah Sakit dalam 10 hari 10 malam saja atas titah Corona, sekaligus menjadi tanda suksesnya cinta negara pada rakyatnya.

Corona telah memaksa banyak negara berkembang mengalami percepatan revolusi industri 4.0. Seperti ungkapan para penganut paham Determinis, kali ini Homo Sapiens tanpa kehendak dipaksa mengikuti apa maunya Corona. Dalam kedipan mata semua hal jadi serba digitalisasi dan dalam jaringan. Indonesia merupakan salah satu negara yang juga terseok-seok dalam mengikuti ritme perubahan, seumpama seorang binaragawan dipaksa tari jaipongan tanpa latihan.

Pandemi corona memang tak membawa keberuntungan tapi setidaknya dia membuat kita mengalami percepatan dan perkembangan yang belum tentu dapat kita capai tanpa paksaan. Ada banyak hal yang dahulu seperti mustahil dilakukan tanpa pertemuan kini menjadi nyata dalam satu usapan jempol saja. Pandemi mengajarkan efisiensi dari mulai aktivitas ekonomi, kegiatan pendidikan, bahkan Tahlilan semua bisa dalam jaringan.

Era digitalisasi dan kemajuan teknologi membawa kita pindah dunia, dari dunia nyata Hijrah ke dunia Maya. Sukses atau tidaknya hijrah seseorang bergantung pada dua aspek yakni aspek lahir dan aspek bathin. Keberhasilan hijrah kita kali ini menjadi kunci kemenangan.

Aspek lahir tentu berhubungan dengan kesiapan sarana dan prasarana. Peranti elektronik atau gadget harus punya performa, kemudian kuota dan jaringan internet yang super ngebut sangat dibutuhkan, serta berbagai penunjang lainnya yang berhubungan dengan perkakas kedunia mayaan menjadi kunci sukses Hijrah kali ini.

Adapun aspek batin yakni kemampuan para user. Bukan hanya kemampuan pengoperasian, tapi juga dibutuhkan , kecerdasan, tanggung jawab, serta perenungan yang mendalam agar semua yang dilakukan di dunia maya tidak hanya menjadi dunia tipu-tipu semata.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar misalnya, semua pihak perlu adaptasi secara terstrutur, sistematis, dan masif. Setelah kesiapan sarana terpenuhi para guru serta anak didik punya PR akbar. Cara belajar konvensional tatap muka di kelas tidak bisa diterapkan pada pembelajaran via satelit sekarang ini. Semua pihak dituntut cermat dan kreatif supaya  pendidikan, transformasi pengetahuan dan karakter, serta upaya  pencerdasan anak bangsa tidak terhenti.

Dikutip dari Video Nas Daily Versi Bahasa Indonesia pada lamanya Facebooknya, video dengan Judul  “Penyebab Edukasi Akan Semakin Murah” telah menyuguhkan informasi sekaligus menawarkan sudut pandang yang berbeda mengenai pendidikan pascapandemi. Proses belajar mengajar yang selama ini kita jalankan bukan hanya mahal tetapi juga tidak cukup berkualitas. Kesimpulan video tersebut memang didapatkan dari sampel-sampel kampus yang berada jauh di luar negeri sana, tetapi kita juga melihat ada sekian banyak kebenaran yang diungkapkan tentang sistem kelola pendidikan termasuk di negri kita.

Video dari Nas Daily meramalkan kedepan pendidikan akan menjadi murah, efisien, serta sederhana. Ada banyak hal termasuk pendidikan akan dibuat produktif dan praktis. Dampak positif  dari situasi pandemi tidak akan didapatkan hanya dengan ongkang-ongkang kaki, namun kita semua perlu kerja lebih keras lagi serta  lebih cerdas lagi.

Akhirnya manusia mesti sadar bahwa hijrah dari dunia konvensional ke dunia digital perlu kesiapan diri lahir bathin. Pendidikan bangsa Indonesia kali ini sedang diuji dengan ujian yang amat berat, jauh lebih berat dari Ujian Nasional bagi anak SMA atau Ujian Skripsi bagi Mahasiswa. Kualitas serta Mutu Sistem Pendidikan bangsa ini sedang dijajal disaat yang paling sulit di Masa Pandemi. Kita juga sama-sama tahu bahwa sarana dan prasarana pendidikan yang masih belum cukup memadai, tapi yang lebih penting lagi untuk dimengerti bahwa kesiapan batin jauh lebih penting dari semuanya. Sehebat apapun kemampuan sebuah negara membangun fasilitas lahiriah, tentu harus ditunjang dengan kekuatan batiniah agar punya nilai guna.

Dalam situasi sekarang ini setiap orang membutuhkan Ilmu semacam Kanuragan. Kemampuan yang membuat  manusia menjadi kebal terhadap Virus Corana, juga kekuatan bathin untuk terus bertahan serta adaptasi dalam perjalanan hijrah dari cara hidup konvesional menuju cara hidup digital. Sehingga dapat hidup tenang di dunia Maya yang nyata.

Mursyid Al Haq

Post a Comment

0 Comments