Belajar Mencintai Husain Cucunda Nabi dari Orang-Orang Syiah
Dari jauh kulihat sekelompok orang berbaju hitam seperti
sedang berkabung duka. Sambil mendekat kuperhatikan dengan seksama, memang
benar mereka sedang bersedih bahkan beberapa orang menangis pilu. Dalam benakku
bertanya-tanya, siapa yang meninggal? padahal tak aku dengar suara toa masjid
mengumumkan berita kematian warga. Aku yang penasaran mencoba menghampiri salah
seorang dari mereka, maaf pak ini acara
apa, kok kelihatannya khidmat dan syahdu sekali?
Dia sedikit tersenyum sambil menyeka matanya yang basah. Begini
nak, hari ini tanggal 10 Muharam atau biasa disebut dengan Asyura adalah hari
dimana kami memperingati kesyahidan cucunda Nabi Sayyidina Husain. Memang ada
apa dengan kesyahidannya sehingga perlu diperingati tanyaku padanya lebih
lanjut. Dia menjawab dengan beberapa riwayat hadits yang menjelaskan bahwa
Rasulullah Muhammad suatu waktu pernah menangis sedih sambil mencium leher cucunya
Husain, kemudian banyak sekali riwayat yang dibacakannya padaku berisi
penjelasan bahwa dahulu Nabi berulang kali menunjukkan kasih sayangnya kepada
Hasan dan Husain di depan khalayak, tak terhitung banyaknya Nabi Muhammad juga
mewanti-wanti agar ummat mencintai keluarganya, tak terkecuali husain cucunda tercinta.
Aku semakin penasaran dengan penjelasannya, kemudian aku ajukan lagi pertanyaan lain, memang bagaimana kronologis kejadian kesyahidannya? Ia menjawab dengan suara yang berat sambil sedikit terisak, kronologis kesyahidan Sayyidina Husain lebih cocok disebut sebagai pembataian keluarga Nabi sekaligus para pencintanya. Kala itu di padang Karbala Sayyidina Husain ditemani oleh keluarganya, termasuk para perempuan dan anak-anak ikut dikepung pasukan bersenjata lengkap. Dalam panasnya sahara pasokan air minum disabotase tanpa terkecuali. Satu persatu keluarga Nabi dan para sahabat setianya dihabisi dengan keji.
Singkat cerita
Sayyidina Husain dihujani anak panah lalu dipenggal kepalanya, kemudian kepala
suci ditancapkan di ujung tombak dan diarak keliling kota, setelah sebelumya dijadikan
mainan ditendang-tendang bak bola. Padahal kepala yang disepak-sepak itu adalah
kepala yang sama dengan kepala yang dielus lembut oleh Nabi, leher yang disembelih
adalah leher yang sama dengan leher yang ciumi Nabi, badan yang ditancapi
puluhan anak panah adalah badan yang sama dengan badan yang dahulu digendong Nabi
saat sujud dalam salat (hingga para sahabat kala itu bertanya-tanya dalam
benaknya, ada apa gerangan Nabi memanjangkan sujudnya tak seperti biasa,
ternyata cucunya Hasan dan Husain sedang naik di punggung Nabi).
Hatiku bergetar mendengar kisah kronologi kematian cuci
Nabi, karena selama aku belajar dari beberapa pesantren dengan berbagai latar
belakang madzhab dan keyakinan belum kutemui Kiyai atau Ustazd yang menjelaskan
kisah ini dengan jelas dan pasti. Awalnya aku enggan untuk percaya, tapi semua
kisah yang diceritakanya dimuat dalam kitab sejarah yang otentik seperti Kitab
Tarikh Thabari, Mustazdrak Ala Sohihain, dan lain sebagainnya.
Setelah banyak pertanyaanku dijawabnya dengan memuaskan, aku
izin untuk kembali. Aku berjalan menjauh dari kumpulan orang-orang itu, sambil
merenung, ternyata tak perlu jadi syiah, atau jadi muslim untuk mengambil
pelajaran dari Husain Cucunda Nabi sang Raja Syahid, cukup jadi manusia. Akupun
akhirnya terus termotivasi untuk membaca kisah dan sejarah Nabi beserta
Keluarganya yang suci. Bahkan tokoh-tokoh besar seperti Soekarno dan Mahatma
Gandhi mengambil hikmah dan pelajaran dari kesyahidan dan kepahlawanan
Sayyidina Husain, sehingga tumbuh spirit perlawanan atas kezaliman dan
penjajahan.
Dari kisah tragis Sayyidina Husain, pikiranku
bertanya-tanya, bagaimana bisa orang-orang yang mengaku umat Nabi Muhammad tega
membunuh cucu nabinya dengan cara disembelih keji, dan hari ini kita temui juga
orang-orang yang mengaku mencinta Nabi dan keluarganya melarang orang yang
ingin mengenang dan mengambil pelajaran dari kesyahidan Sayyidina Husain. Hari
ini aku meyakinkan diri untuk terus berusaha mencinta Nabi Muhammad Saw dan
keluargannya, aku tidak akan mudah terhasut isu murahan untuk membenci sesama
manusia apapun mazhab, keyakinan, dan agamannya. Musuh kita adalah kezaliman,
tak peduli satu agama, satu madzhab, satu suku, satu marga, satu rahim jika
berbuat zalim dan merusak nilai-nilai kemanusiaan harus kita cegah dan
ingatkan. Hari ini kita ada di abad keterbukaan, termasuk ilmu pengetahuan dan
informasi. Sudah tak zaman saling membenci, provokasi, memusuhi hanya karena alasan
beda agama, keyakinan, atau mazhab.
Doaku untuk semua manusia
Semoga kita semua dikarunia akal sehat dan keterbukaan
pemikiran, cinta, kasih, dan rahmat Tuhan, persaudaraan dan keadilan,
kesejahteraan dan keberkahan, ilmu pengetahuan dan kebermanfaatan untuk orang
banyak.
Allahumma Soli wa Salim wa Barrik ‘ala Sayyidina Muhammad wa
‘ala Aali Sayyidina Muhammad
Duhai Allah limpahkan salawat, keselamatan, dan keberkahan
kepada tuan kami Muhammad (Saw) dan keluarga tuan kami Muhammad (Solallahu
alaihi wa alihi walasam)
1 Comments
Mantap kang moer
ReplyDelete