Surat Cinta untuk Diriku

Surat Cinta untuk Diriku



Assalamu ‘Alayya (Semoga keselamatan atas diriku)

Salam dan Rahmat (Salam Cinta dan Rahmat kerinduan untuk diriku)

Mungkin surat ini begitu lancang dan berani, tetapi ini semua adalah ungkapan perasaan kalbuku yang diliputi rasa cinta dan rindu padamu wahai diriku. Telah lama aku pendam gejolak hati yang kian hari kian membakar jiwaku. Sejujurnya aku begitu mencintaimu, sangat mencintaimu, cintaku tak mengenal tapal batas. Akupun tak mengerti mengapa cintaku padamu begitu dalam. Aku mendengar orang  bijak berkata bahwa Hubbu Nafs atau cinta diri adalah fitrah dan natural, kuncinya sejauh mana pengenalanmu terhadap diri sendiri.

Surat cinta ini kutulis dalam rangka introspeksi diri. Belakangan ini aku semakin sadar nampaknya semua tujuan dan orientasi hidupku adalah untuk diriku sendiri dan karena kecintaanku pada diri sendiri. Dimulai dari cita-cita hingga cinta semuanya bermuara pada hasrat memuaskan diri. Apa namanya kalau bukan mencintai diri, aku tak punya kata lain untuk mengungkapkannya.

Saat aku mencintai seseorang aku berjuang untuk mewujudkannya, namun tatkala cintaku tersandung batu hambatan karena bertepuk sebelah tangan, lagi-lagi aku kecewa. Apakah cintaku pada selain diriku adalah dusta sehingga selalunya harus mendapatkan balasan cinta. Sebenarnya aku ini mencintai siapa kalau bukan mencintai diriku sendiri. Sepertinya si aku tak pernah benar-benar tulus dalam mencintai apapun dan siapapun.

Aku mulai mempelajari agama. Dalam agama ada banyak kewajiban ibadah dan larangan ini itu. Yang aku baca semuanya harus dilakukan karena cinta pada Tuhan. Tapi lagi-lagi aku melaksanakan serangkaian ritual dengan alasan ingin masuk surga, aku terlalu cinta pada diriku, aku tak mau kalau diriku menderita suatu saat nanti di kehidupan pasca kehidupan ini. Aku mencintai diriku, aku ingin mendapatkan kenikmatan-kenikmatan yang Tuhan janjikan. Setelah kupikirkan ulang ternyata aku tidak mencintai Tuhan tetapi mencintai diriku. Kalaupun mau memaksa sebut semua ibadahku karena  mencintai Tuhan, kenyataannya aku sedang menuhankan diriku.

Begitupun dengan keharaman dan larangan, aku termasuk orang yang begitu kepo pada banyak hal termasuk pada sebab dan akibat sesuatu, kenapa sesuatu dibolehkan dan sesuatu yang lain tidak. Misalnya larangan meminum alkohol aku mentaatinya, karena pertama ia tidak baik untuk kesehatan. Aku yang begitu mencintai diriku tentu tidak melakukannya. Belum lagi minum alkohol adalah perbuatan dosa, dan orang berdosa akan masuk neraka, mana mungkin aku yang mencintai diriku mau membiarkan diriku menderita di neraka.

Dalam kehidupan sehari-hari aku berbuat baik pada orang-orang,  dengan harapan mereka akan mencintaiku dan berbuat baik padaku. Aku memang bodoh, mana ada orang lain yang mencintai selain dirinya. Yah sudahlah minimal mereka tidak akan berbuat jahat padaku karena aku berbuat baik padanya. Barangkali mereka juga akan berpikir sama denganku. Karena kecintaan manusia pada diri mereka sendiri maka mereka akan berbuat baik dengan harapan juga mendapatkan kebaikan.

Lalu soal segudang cita-citaku yang setinggi bintang suroya. Aku mengejarnya karena cintaku pada diriku. Aku belajar banyak hal karena aku tidak mau bodoh dan dungu. Ketidak tahun adalah musuh terbesar bagi manusia, begitu kata Pak Ali Karamallahu Wajhah salah satu sahabat dekatnya Pak Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam.  Aku yang mencintai diriku tak akan rela punya musuh macam itu. Pokoknya semua hal yang akan membuat diriku menderita akan aku coba musnahkan atau minimal aku hindari.

Renungan macam ini kadang membuat aku mual dan pusing. Kenapa aku begitu mencintaiku? Hidup ini aku dedikasikan untuk memenuhi keinginan dan nafsu, karena aku terlalu mencintai diriku. Sekian banyak darah dan air mata kukorbankan untuk memuaskan cintaku pada diriku. Aku ini makhluk macam apa, kenapa aku begitu mencintai diriku.

Aku kadang menyadari bahwa aku tidak boleh hanya mencintaiku. Aku harus berjuang demi negara dan bangsa. Setelah kutimbang dengan nalarku ternyata semuanya adalah kebohongan. Semua yang kulakukan atas dasar cintaku pada diriku. Kalaupun aku menderita atau jadi martir untuk kepentingan banyak orang adalah karena aku suka dan cinta pada diriku yang akan dikenal sebagai seorang pahlawan. Syukur-syukur aku dapat masuk surga dan hidup bersama para bidadari glowing yang seksi dan perawan.

Mungkin ini adalah surat cinta pertamaku untuk diriku. Semoga diriku bisa mengerti betapa aku mencintaiku. Seandainya kau tak sudi aku cintai setidaknya beri alasan mengapa aku tak layak mencintai diriku. Jika kau memang sudah punya kekasih yang lebih kau cintai maka biarkan aku tetap mencintaimu, bukankah cinta itu tak harus memiliki? Atau izinkan aku menunggu kau dijatuhi talak oleh kekasihmu. Biarkan aku jadi kekasih masa depanmu.

Terima cintaku, terima kasihku

Dari aku yang mencintaimu lahir batin

Mursyid Al Haq

Banjar, 23 Maret 2021

Wassalamu’alaiya Warahmatullahi Wabarakatuh

 

Post a Comment

0 Comments