Cintaku Palsu Pada Baginda Nabi?
(Perkara Penting Tujuh Keliling)
Semua muslim sepakat bahwa syafaat Nabi Muhammad Saw begitu penting. Perkara penting tujuh keliling itu tidak bisa kita anggap sepele. Mari coba kita renungi kembali dua kalimat syahadat sebagai persaksian kita dalam Islam. Kalimat pertama mengikrarkan dengan sungguh-sungguh tak ada Tuhan selain Allah yang Esa, kemudian kalimat kedua bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Nabi Muhammad Saw seorang manusia suci, terlahir ke alam semesta bukan hanya sebagai kurir pengantar Al-Qur'an semata, Ia sosok manusia mulia yang mutu dan kualitasnya mendapatkan lisensi langit. Bahkan tarikan nafas serta kedipan mata Baginda Nabi sejalan dengan titah Tuhan, sebagaimana Firman-Nya: Wama yantiqu ‘anil hawa in huwa ila wahyu yuha, tidaklah yang keluar dari lisan Nabi bersumber dari hawa nafsu melainkan adalah wahyu Tuhan. Tentu tidak mungkin Lisan dan Tindakan seorang utusan Tuhan bertentangan.
Persaksian syahadat dalam kalimat kedua menjadi disangsikan keabsahannya jika tak benar-benar mengenal Baginda Nabi. Upaya kita untuk mengenalnya tidak akan pernah dapat tuntas hingga hayat tak lagi dikandung badan. Perlu keseriusan dan konsistensi dalam mengkaji dan mengenali Baginda Nabi.
Tak kenal maka tak sayang begitu kata pepatah lama. Sejujurnya kita semua tak begitu mengenal apalagi memiliki rasa cinta yang besar pada Baginda Nabi. Mungkin jika kita ditanya, lisan kita akan berkata cinta pada Nabi. Tapi cinta tanpa tindakan adalah kebohongan terbesar dalam kehidupan ini.
Bulan rabiul awal sudah datang, masyarakat Indonesia begitu akrab dengan perayaan Maulid. Di tengah cengkraman wabah korona, umat islam digegerkan dengan berita penghinaan dan propaganda negatif yang ditujukan pada sosok manusia suci yang kita sebut namanya dalam ikrar syahadat kita semua. Penghinaan itu dikampanyekan serta didukung dengan dalih kebebebasan. Respon setiap orang boleh berbeda, tapi satu hal yang perlu diingat Nabi Muhammad adalah satu-satunya harapan kita guna meminta pertolongan kelak di akhirat. Amal perbuatan kita yang sedikit dan penuh pamrih duniawi ini sama sekali tak dapat jadi harapan keselamatan kelak di hadapan Allah Swt.
Mungkin salah satu kita berceloteh “ah biarkan saja Nabi dihina, Nabi tidak jadi rendah karena dihina, siapa kita mau sok sok an membela". Iyah memang betul Baginda Nabi Muhammad Saw sama sekali tidak akan tersinggung dengan cacian dan makian, bahkan semasa hidupnya tak jarang Nabi mendapatkan perlakuan biadab dari Kafir Quraisy, mulai dari lemparan ludah dan kotoran sampai lemparan tombak dan anak panah. Tapi justru yang jadi pertanyaan dengan wajah mana kita akan menghadap Nabi lalu mengaku sebagai umatnya dan mengharap syafaat darinya.
Melalui momentum kelahiran Nabi Muhammad Saw (Maulid) mari bersama-sama kita upgrade pengetahuan dan wawasan kita guna mengenal sosok mulia, penutup para nabi, Khatamun Nabiyyin, Baginda Agung yang kedatangannya menjadi rahmat bagi alam semesta, Wama arsalnaka ila rahmatan lil ‘alamin tidaklah aku mengutusmu (Muhammad) melainkan sebagai rahmat untuk alam semesta.
Budaya perayaan Maulid menjadi sangat efektif untuk mengenalkan Baginda Nabi kepada anak-anak sebagai sosok teladan dan panutan, kepada remaja dan anak muda sebagai figur nyata manusia sempurna, kepada orang tua sebagai pengingat dan pelajaran berharga, dan kepada kita semua sebagai lautan hikmah tak bertepi. Sehingga dengan ikhtiar diri untuk terus mengkaji, mempelajari, dan mengambil keberkahan dari Baginda Agung Nabi Muhammad Saw, Allah Swt berkenan tumbuhkan dalam hati kita semua, cinta kepada Nabi dan Keluarganya yang suci, La as'alukum ajro ila al-mawwadata fil qurba Aku (Muhammad) tidak meminta balasan apapun kepada kalian kecuali Cinta.
Maulid di negara kita Indonesia sudah menjadi sebuah kearifan lokal yang positif, sehingga perlu terus dijaga, dipelihara, dan dikembangkan sehingga tidak kehilangan ruh, spirit, dan makna yang dibawanya. Stigma negatif terhadap Maulid seperti tuduhan Bid'ah dsb adalah upaya-upaya musuh Allah Swt untuk menjauhkan kita dari Cinta Kepada Nabi Agung Muhammad Saw. Dengan kita terus mengkaji dan mengenali Baginda Nabi akan menumbuhkan cinta dan berbuah pelajaran yang manis di dunia juga di akhirat.
Wallahu a'lam bi showab.
Allohuma Soli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad
Wahai Allah limpahkan shalawat dan salam kepada junjunganku Nabi Muhammad dan Keluarga Muhammad Junjunganku.
Mursyid Al Haq
Jakarta
Kamis, 12 Rabiul Awal 1442 H/29 Oktober 2020
0 Comments