
Ideologi MusliMinder
Muslim minder merupakan penyakit mental orang islam yang tidak percaya diri, jangan paksa mereka agar percaya orang lain, apalagi percaya KPU dan Bawaslu, terhadap dirinya saja mereka ragu. Berangkat dari ketidak percayaan diri, umat semacam ini akan sangat mudah dihembusi ketakutan dan fobia pada perbedaan. Saat dibangun narasi-narasi ketakutan sedemikian rupa, akan ada banyak hal yang tak masuk akal dapat mereka percaya dan sebar luaskan atas nama seruan dakwah. Maraknya berita hoaks merupakan bukti betapa kebodohan dan ketakutan telah dengan sukses menjadikan manusia bertindak bak binatang bahkan lebih jalang.
Keyakinan seperti diatas memang virus bagi manusia yang harus dipelihara. Bahkan menjadi sangat penting bagi mereka yang haus untuk berkuasa. Saat muncul berbagai persoalan ekonomi, sosial, politik, budaya, keamanan, dan sebagainya, umat semacam ini akan dengan sangat mudah diprovokasi dan dikompori untuk melakukan hal-hal tidak produktif bersamaan dengan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Para penunggang MusliMinder ini mulai melancarkan aksinya untuk berkuasa, bekerjasama dengan ulama lacur untuk melegitimasi berbagai kepentingannya dengan bahasa agama, serta menggunakan simbol-simbol kebesaran islam dengan murahan. Takbir... Allahu Akbar.
Indonesia dengan penduduk muslim yang banyak ini tak semestinya takut pada apapun, apalagi sampai berpikir dizalimi rezim dan penguasa. Seharusnya rakyat introspeksi apakah seseorang dihukum karena beragama islam atau karena perbuatan jahiliahnya. Ketakutan muslim sudah terlalu berlebihan, yang seharusnya dibayang-bayangi kekhawatiran adalah mereka minoritas yang tempat ibadahnya berkali-kali diteror dengan bom bunuh diri. Kita umat Islam masih begitu sangat aman. Negara telah dengan susah payah memberi banyak hak pada rakyatnya, kendatipun kita sadari masih banyak kekurangan. Tugas kita hari ini mengisi kemerdekaan, dan mengupayakan cita-cita luhur bangsa ini. Pancasila konsep yang sudah sangat sesuai dengan nilai Islam. Soal pengejawantahan Pancasila mari kita usahakan bersama. Kesempatan bagi muslim berpikiran progresif untuk andil menciptakan kesejahteraan masih sangat terbuka.
Ketakutan bukan masalah selama tetap dalam koridor akal sehat dan kewarasan, sehingga melahirkan kehati-hatian serta dorongan semangat evaluasi dan perbaikan diri. Semangat semacam ini akan memantikan upaya berlomba dalam kebaikan.
Hal penting bagi para muslim adalah senantiasa meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, baik soal kemampuan intelektual juga spiritual. Tak perlu berlebihan membawa kedok agama terlalu jauh ke arena politik yang murahan dan sesaat itu. Musuh kita sebenarnya adalah kebodohan kita sendiri begitu kata baginda Ali. Rakyat mungkin boleh muak dengan oknum pejabat, dari mulai PNS malas, menteri korupsi, sampai anggota dewan yang kerjaannya banyak tak diselesaikan, itu baru sebagian kecil masalah negeri ini. Kita tidak menutup mata atas persoalan negara yang kompleks itu. Tapi negeri awut-awutan ini ngga bakallan jadi beres hanya dengan demo dan dan teriakan takbir.
Setiap muslim punya tanggung jawab untuk menjadikan dirinya penuh kepercayaan diri. Tapi bukan kepercayaan diri yang dibangun dari ilusi dan kesombongan. Kepercayaan diri yang sejati muncul dengan memerangi kebodohan, mencerdaskan kehidupan bangsa, memahami agama yang rasional tanpa candu, ajaran yang dibangun atas dasar dogma alih-alih memercikan api perjuangan logis hanya akan melahirkan keterlenaan dan kelalaian. Agama sangat potensi untuk dijadikan kendaraan politik bahkan menjadi yang paling mutakhir juga murah meriah. Agama semacam itu tidak sama sekali akan melahirkan ketidak kacauan namun sebaliknya. Wallohu a'lam bishowab.
0 Comments