Tekan Enter

Tekan Enter
Berilah aku sepuluh pemuda maka akan aku goncangkan dunia, begitu kata Proklamator Indonesia Ir. Soekarno. Kata-kata ini dikutip banyak orang, baik dalam orasi nasionalisme, bahkan sampai pidato keagamaan. Karena pemuda dipandang  sebagai sosok sakral yang menjadi sentral perubahan suatu bangsa, begitupun agama islam menekankan peran pemuda dalam kemajuan.
Melihat potensi pemuda yang begitu besar  tidak lantas menjamin kemunduran terselesaikan. Pemuda macam apa yang benar-benar akan menyelamatkan? Pemuda cerdas mungkin begitu singkatnya. Namun apakah cukup dengan pemuda cerdas saja? Melihat realitas hari ini, dimasa carut marut perpolitikan yang begitu ganas belum lagi campur tangan para “Ulama” yang mengaduk semuanya jadi satu bak es campur. Pemuda hari ini dibuat bingung mungkin istilah Joshua dalam lagunya itu diobok-obok. Muatan Agama dalam Politik Demokrasi ataupun sebaliknya membuat pandangan semakin kabur, terlebih untuk para pemuda yang masih minim pengalaman. Pemuda yang seharusnya melihat sosok tauladan saat ini kebingungan.
Mahasiwa tak asing lagi didengar, bagian dari pemuda intelek karena mengenyam bangku pendidikan. Sudah banyak peran yang mereka mainkan, karena semangat juang mereka yang berapi-api tak sedikit pula yang ikut turun  dalam aksi demonstrasi, tak berhenti disana teknologi informasi yang semakin maju ini mereka manfaatkan untuk meneriakan suara keadilan. Sebagian pemuda tahun tujuh puluhan yang kini sudah semakin tua banyak yang menilai positif peran pemuda masa kini, namun ketika kita mengamati  tak sedikit pula yang terlalu terburu-buru menekan Tombol Enter, merasa cukup matang dengan informasi yang dikonsumsinya, dengan media sosial ikut menjadi hakim, ahli bahasa, ahli tafsir, ahli politik dan banyak lagi ahli lainnya. Merasa sudah punya konsep matang dari hasil diskusi dengan teman.

Post a Comment

1 Comments

  1. Bukan hanya sekadar pemuda, perlunya pemuda yang cerdas, jujur, dan amanah dan tentunya menjalankan hukum agama.

    ReplyDelete