Perpisahan Memang Menyakitkan, saat tanganmu teriris pisau, kulit dan daging jarimu menganga terpisah, akan ada nyeri yang harus ditanggung dengan ikhlas dan tabah. Begitupun mereka yang saling mencintai lalu berpisah, masing-masing akan menangis pilu penuh luka.
Di usiaku yang sudah lebih dari tiga windu, rasanya jarang
sekali aku menangis tersedu-sedu. Tapi momen ini membuatku tak lagi berdaya
membendung air mata.
Hari ini kakak perempuanku pergi ke kampung halaman suaminya
untuk tinggal di sana. Sebelumnya sekitar 2 tahun lalu kakakku pulang ke rumah
dalam keadaan hamil (bahkan aku sendiri yang menjemputnya dari Bandara dan
mengantarnya ke rumah ayah dan ibu), tak lama kemudian ia melahirkan. Anak yang
lahir itu menjadi cicit pertama, cucu pertama, anak pertama, dan keponakan
pertama (dalam keluarga besarku dari garis ibu).
Berjalannya waktu, kini anak itu tumbuh besar, usianya sekitar
1,5 tahun, orang bilang sedang dalam masa amat lucu. Ibu dan ayahku sebagai
seorang nenek dan kakek begitu bahagia dengan kehadiran bayi baru di rumah.
18 bulan berlalu akhirnya sang cucu harus pergi meninggalkan
kakek neneknya. Si Cucu terus ingin digendong sang Nenek, begitupun Neneknya
tak sampai hati harus berpisah jauh dari sang cucu dengan jarak ribuan kilometer, bahkan kakeknya
(ayahku) sudah dari seminggu lalu dirundung pilu.
Apa boleh buat, temu dan pisah adalah niscaya dalam hidup,
masing² kita akan meninggalkan dan ditinggalkan. Siap tidak siap kita harus
hadapi dengan legowo kendatipun banjir air mata.
Biarkan anak kecil itu tumbuh besar, bahagia, sehat, 'alim
dan saleh, penuh berkah dan manfaat, berbakti dan berkhidmat. Anak kecil itu
tidak pergi, tapi pulang ke kampung halaman ayahnya, di sana ada neneknya yang
ingin bertemu, ada om dan tantenya yang juga menanti, ada sanak famili menunggu
kedatangannya.
Suatu waktu jika Tuhan mengizinkan, anak kecil itu akan
pulang kembali ke kampung halaman ibunya, mungkin nanti saat bertemu dia bukan
anak kecil lagi, dia akan bilang padaku (Jangan panggil aku anak kecil paman,
aku Aakash Arzesh Mahasena) seperti dalam kartun Shiva.
Ada kata² ayahku yang setiap kali aku membacanya aku kembali
menangis (Semoga bisa menyaksikan sang cucu sampai remaja). Kalimat itu
membuatku sadar bahwa ayah dan ibuku semakin hari bertambah tua, semoga Allah
menjaga keduanya, memberikan panjang umur, kesehatan, kebahagian, dan
keberkahan hidup. Yang semakin menambah kesedihan, aku berada jauh dari mereka
berdua, aku selalu berdoa ya Allah jagalah kedua orangtuaku, keluarga kami, dan
seluruh kaum muslimin Aamiin.
Terakhir aku ingat kata² Kiaiku; Perpisahan selalu
menyakitkan, tetapi antara yang meninggalkan dan ditinggalkan, yang tinggalkan
akan jauh lebih terluka dan tersakiti.
Mursyid Al Haq
Timur Tengah, 23 Juni 2022
0 Comments