Perempuan Percontohan (dari Tuhan untuk Bani Hawa)

Lupa Pada "Perempuan Percontohan"
Dari Tuhan Untuk Bani Hawa
(Mursyid Al Haq)

Seorang santri mengucapkan istigfar sambil mengelus dada. Tak sengaja melihat penampakan tubuh yang seharusnya dibalut jilbab pakaian panjang dan terhormat. Ia ingat pesan Pak kyai, ketika membahas aurat seorang wanita dalam sebuah pengajian, adalah haram dilihat oleh selain muhrimnya. Itulah sepenggal kisah seorang santri anti cabe-cabean.
Perempuan menjadi objek perbincangan yang tak pernah ada habisnya, pernyataan bahwa maju-mundurnya sebuah bangsa tergantung pada sosoknya tentu sering kita dengar. Memang karena setiap manusia terlahir dan tumbuh dengan seorang ibu, perempuan maha mulia yang membentuk manusia.
Namun melihat perempuan hari ini. Masa kepemudian tak dijadikan persiapan menyongsong zaman. Dekandensi moral yang sudah jadi tantangan, dianggap ringan.  Seruan kehati-hatian kaum reliji seolah basi. Pemudi kekinian lebih jadi idola dan panutan. Istilah cabe-cabean jadi trend untuk pemudi penunggang kuda besi  rempet tiga. Belum lagi para muslimah yang tetap ingin terlihat gaul, memaksakan balutan badannya dibuat ketat, hingga  dikenal lagi istilah jilbobs. Keadaan demikiaan terjadi di sekitar kita. Disadari atau tidak tetaplah cela yang melahirkan dosa bagi sipelaku dan penikmatnya.
Ali syariati dalam bukunya Fatimah adalah Fatimah, menuliskan bahwa wanita menghadapi problem  identitas. Mereka ada ditengah pilihan dilematis. Mengikuti modernisasi mengalir atau mempertahankan kebudayaan yang terlihat kering. Menurut beliau sosok perempuan ideal yang mestinya mereka teladani, tak mereka kenali. Hilangnya panutan perempuan agung dari benak mereka melahirkan wanita setengah jadi. Yang berakhir dengan kebingungan dan jatuh pada modernomaniak. Namun beliau menjawab dengan sebuah susastra, mengenalkan kita pada Fatimah  putri sang Nabi. Sosok yang pada dirinya terjelema ajaran agama yang dibawa ayahnya, ajaran yang begitu banyak memberikan perhatian pada perempuan, memuliakannya, dan memberikan arahan bagaimana menjadi mulia. hidupnya habis untuk penghidmatan pada manusia dan menghamba pada sang Raja alam semesta. Fatimah, Fatimah, Fatimah...sejuah mana kau mengenalnya, bagaimana mungkin kau ingin mulia tanpa melihat perempuan percontohan dari Tuhan untuk seluruh bani Hawa.
Setiap perempuan tahu dan sadar ia kelak akan menjadi ibu, dan tentu berharap memiliki putra-putri sholeh-sholehah, maka sudah selayaknya belajar dari perempuan semesta alam yang kedua putranya jadi penghulu syurga.

Post a Comment

0 Comments